Imamal-Ghazali mendefinisikan ilmu syari'ah ialah ilmu yang diperoleh daripada para nabi dan tidak hadir kepada mereka melalui akal seperti ilmu matematik, melalui eksperimen seperti ilmu perubatan atau melalui pendengaran seperti ilmu linguistik. Menurut Imam al-Ghazali juga, keseluruhan ilmu syari'at adalah terpuji. Siapayang tak kenal dengan Imam Ghazali, beliau adalah Hujjatul Islam yang karya tulisannya lebih dari 300 kitab dengan berbagai macam cabang keilmuan, dari mulai Filsafat; Maqhasid al falasifah (tujuan para filusuf), sebagai karangan yang pertama dan berisi masalah-masalah filsafah. Tahaful al falasifah (kerancuan pemikir para Filsuf) bidang Tasawuf; Miskyat al anwar (lampu yang bersinar NamanyaAbu Hamid Ibn Muhammad Ibn Muhammad al-Tusi al-Shafi'i al-Ghazali, dikenal dengan Imam Al-Ghazali. Tahun 1058 A.D., dia lahir di Khorasan, tepatnya di desa Ghazalah, pinggir kota Thus, yang terletak di bagian timur laut negara Iran, dekat dengan kota Mashhad, ibu kota wilayah. Khurasan. cash. Presiden Joko Widodo kedua kanan didampingi, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo kedua kiri dan Ketua Jam'iyyah Ahlith Thoriqoh al-Mutabarah al-Nahdliyyah JATMAN Habib Muhammad Luthfi bin Yahya kanan Ilustrasi JAKARTA - Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah JATMAN akan menyelenggarakan Seminar Internasional Tasawuf Imam Al Ghazali di Hotel Borobudur Jakarta pada 19-20 Januari 2018. Salah satu tujuan seminar ini untuk mendapatkan dukungan dari ulama dunia untuk membangun makam Imal Al Ghazali di Iran."Kondisi makam Imam Al Ghazali di Thus Iran tempat kelahirannya saat ini kondisinya terabaikan," kata Sekretaris Umum Seminar Internasional Tasawuf Imam Al Ghozali, Ali Abdillah kepada Senin 9/1.Pada zaman Mongolia, peninggalan umat Islam di daerah Thus dihancurkan pasukan Mongolia. Kemudian, arkeolog menemukan kembali makam Imam Al Ghazali di daerah Thus pada 1994. Habib Luthfi bin Yahya juga sudah meyakinkan bahwa lokasi makam Imam Al Ghazali yang ditemukan arkeolog pada 1994 itu benar. Maka sudah selayaknya makam tokoh umat Islam tersebut dibangun dengan karena itu, Seminar Internasional Tasawuf Imam Al Ghazali yang diselenggarakan JATMAN mengundang tokoh ulama sunni dari Iran, kedutaan besar Iran, dan ahli perbandingan mazhab dari Iran. "Karena makam Imam Al Ghazali ada di Iran, maka perlu kerja sama dengan mereka supaya makam bisa dibangun," ujarnya. Selain itu, dikatakan Ali, tujuan lain dari seminar Internasional ini untuk menyegarkan kembali ajaran Tasawuf Imam Al Ghozali. Untuk menjawab persoalan global seperti radikalisme dan liberalisme. Juga untuk menyelesaikan masalah sosial seperti pragmatisme, materialisme dan hedonisme. "Itu juga bisa diselesaikan dengan pendekatan Tasawuf Imam Al Ghozali," besar Seminar Internasional Tasawuf Imam Al Ghazali adalah peran dan kontribusi ajaran Tasawuf Imam Al Ghozali dalam membangun peradaban dunia yang damai dan utama di seminar Internasional ini di antaranya Habib Luthfi bin Yahya sebagai Rais Amm itu, ada juga Prof KH Said Aqil Siradj sebagai Ketua Umum PBNU, Syaikh Dr Yasser Al Kudmani sebagai Mudir Ghazaliyah Suriah, Syeikh Dr Muhammad Mahmud Abu Hasyim dari Universitas al-Azhar di Mesir, Syeikh Dr Aziz Al Kubaithi dari Maroko, Syeikh Dr Mazen Sherif dari Tunisia, Syeikh Dr Aziz Abidin dari Amerika, dan pembicara-pembicara lainnya dari berbagai negara. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini loading...Ziarah kubur bagi kaum muslimin memiliki faedah, salah satunya sebagai pembelajaran bagi masa depan manusia, juga sebagai pengingat bahwa semua manusia akan kembali kepada-Nya. Foto SINDONews Salah satu cara untuk mengingat kematian adalah dengan berziarah kubur. Banyak sekali manfaat yang dapat dipetik dari amalan ini. Sayangnya, masih banyak kaum muslimin yang salah dalam menyikapi ziarah kubur ini sehingga bukannya manfaat yang mereka raih, akan tetapi ziarah mereka justru mengundang murka Allah Azza wa Jalla. Ini karena adab-adab ziarah kubur yang kurang diperhatikan. Baca Juga Seperti diketahui, menjelang bulan Ramadhan tiba, ada kebiasaan masyarakat kita yang melakukan tradisi 'nadran'. Tradisi nadran dimaksudkan untuk mengirim doa kepada orang tua atau keluarga yang telah tiada. Dilakukan dengan melakukan ziarah kubur atau istilahnya 'nyekar' dalam masyarakat Sunda. Namun, agar ziarah kubur ini berfaedah maka ada adab-adab yang harus diperhatikan. Menurut Imam Al Ghazali dalam kitabnya 'Ihya 'Ulumiddin', menjelaskan, ziarah kubur bagi kaum muslimin memiliki faedah, salah satunya sebagai pembelajaran bagi masa depan manusia, juga sebagai pengingat bahwa semua manusia akan kembali kepada-Nya. Baca Juga Agar faedah ziarah kubur ini didapatkan, maka ada adab yang harus dijalankan dengan benar. Berikut penjelasan Imam al-Ghazali, tentang adab-adab ziarah kubur1. Dianjurkan berdiri atau duduk dengan membelakangi kiblatHal ini dilakukan supaya antara mayit maupun orang yang berziarah dapat saling berhadapan. Jika jenazah yang dikunjungi menghadap arah kiblat, maka yang berziarah perlu membelakangi kiblat agar dapat berhadap-hadapan. Pendapat ini tentu dapat diterima, karena sangat tidak sopan apabila seorang tamu tidak berkenan menatap wajah tuan rumah. Baca Juga 2. Mengucapkan salam sebagai doa keselamatan untuk penghuni makamImam al-Ghazali mengutip penuturan Imam Nafi’ bahwa perilaku ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ibnu Umar ketika menziarahi makam ayahnya. Ia mengucapkan salam untuk Rasulullah, Khalifah Abu Bakar, dan ayahnya Umar bin Khatab. Selain itu, dikutip pula kaul Abi Umamah bahwa Anas bin Malik juga melakukan hal demikian ketika menziarahi makam Nabi Muhammad oleh Ibnu Abi Malikah, Rasulullah SAW bersabdaزُوْرُوا مَوْتَاكُمْ وَسَلِّمُوا عَلَيْهِمْ فَإِنَّ لَكُمْ فِيْهِمْ عِبْرَةٌ“Ziarahilah mayit-mayit kalian dan ucapkanlah salam atas mereka. Karena mereka adalah ibrah pelajaran bagi kalian semua.” Baca Juga 3. Tidak perlu menyentuh, mengusap, dan mencium makam maupun batu nisan orang yang karena hal itu menyerupai perilaku orang-orang Nasrani ketika mengunjungi makam kelompok mereka. Memang melakukan hal tersebut tidak lantas menjadikan pelakunya sebagai orang kafir, akan tetapi patut diperhatikan untuk Mendoakan mayit yang diziarahi secara khusus, dan kaum muslimin secara al-Ghazali mengutip hadis Nabi yang menjelaskan bahwa orang yang telah meninggal itu layaknya orang tenggelam yang menanti pertolongan dari orang yang hidup melalui doa-doanya. Baca Juga Nahdlatul Ulama mengikuti Imam Asyari dan Imam Maturidi dari sisi aqidah, imam empat mazhab dari sisi fiqih, dan Imam Junaid Al-Baghdadi serta Imam Al-Ghazali dari segi tasawuf. Kenapa para kiai mengangkat nama Imam Junaid Al-Baghdadi? Apakah karena ia bergelar sayyidut thaifah di zamannya, pemimpin kaum sufi yang ucapannya diterima oleh semua kalangan masyarakat? Junaid bin Muhammad Az-Zujjaj merupakan putra Muhammad, penjual kaca. Ia berasal dari Nahawan, lahir dan tumbuh di Irak. Junaid seorang ahli fiqih dan berfatwa berdasarkan mazhab fiqih Abu Tsaur, salah seorang sahabat Imam Syafi’i. Junaid berguru kepada As-Sarri As-Saqthi, pamannya sendiri, Al-Harits Al-Muhasibi, dan Muhammad bin Ali Al-Qashshab. Junaid adalah salah seorang imam besar dan salah seorang imam terkemuka dalam bidang tasawuf. Ia juga memiliki sejumlah karamah luar biasa. Ucapannya diterima banyak kalangan. Ia wafat pada Sabtu, 297 H. Makamnya terkenal di Baghdad dan diziarahi oleh masyarakat umum dan orang-orang istimewa. Syekh Ibrahim Al-Laqqani dalam Jauharatut Tauhid menyebut Imam Malik dan Imam Junaid Al-Baghdadi sebagai pembimbing dan panutan umat Islam. ومالك وسائر الأئمة وكذا أبو القاسم هداة الأمة Artinya, “Imam Malik RA dan seluruh imam, begitu juga Abul Qasim adalah pembimbing umat,” Lihat Syekh Ibrahim Al-Laqqani, Jauharatut Tauhid pada Hamisy Tuhfatil Murid ala Jauharatit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah tanpa catatan tahun], halaman 89. Syekh M Nawawi Banten juga menyebutkan sejak awal Imam Junaid Al-Baghdadi sebagai panutan umat dari sisi tasawuf. Menurutnya, Imam Junaid Al-Baghdadi layak menjadi pembimbing umat dari sisi tasawuf karena kapasitas ilmu dan amalnya. ويجب على من ذكر أن يقلد في علم التصوف إماما من أئمة التصوف كالجنيد وهو الإمام سعيد بن محمد أبو القاسم الجنيد سيد الصوفية علما وعملا رضي الله عنه والحاصل أن الإمام الشافعي ونحوه هداة الأمة في الفروع والإمام الأشعري ونحوه هداة الأمة في الأصول والجنيد ونحوه هداة الأمة في التصوف فجزاهم الله خيرا ونفعنا بهم آمين Artinya, “Ulama yang disebutkan itu wajib diikuti sebagaimam perihal ilmu tasawuf seperti Imam Junaid, yaitu Sa’id bin Muhammad, Abul Qasim Al-Junaid, pemimpin para sufi dari sisi ilmu dan amal. Walhasil, Imam Syafi’i dan fuqaha lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang fiqih, Imam Asy’ari dan mutakallimin lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang aqidah, dan Imam Junaid dan sufi lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang tasawuf. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dan semoga Allah memberikan manfaat kepada kita atas ilmu dan amal mereka. Amiiin,” Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nihayatuz Zein, [Bandung, Al-Maarif tanpa catatan tahun], halaman 7. Pandangan serupa juga dikemukakan oleh Syekh M Ibrahim Al-Baijuri. Menurutnya, jalan terang dan keistiqamahan Imam Junaid Al-Baghdadi di jalan hidayah patut menjadi teladan. Ilmu dan amalnya dalam bidang tasawuf membuat Imam Junaid layak menjadi pedoman. وقوله كذا أبو القاسم كذا خبر مقدم وأبو القاسم مبتدأ مؤخر أي مثل من ذكر في الهداية واستقامة الطريق أبو القاسم الجنيد سيد الطائفة علما وعملا ولعل المصنف رأى شهرته بهذه الكنية ولو قال جنيدهم أيضا هداة الأمة لكان أوضح Artinya, “Perihal perkataan Demikian juga Abul Qasim’, demikian juga’ adalah khabar muqaddam atau predikat yang didahulukan. Abul Qasim’ adalah mubtada muakhkhar atau subjek yang diakhirkan. Maksudnya, seperti ulama yang sudah tersebut perihal hidayah dan keistiqamahan jalan adalah Abul Qasim, Junaid, pemimpin kelompok sufi baik dari sisi ilmu maupun amal. Bisa jadi penulis memandang popularitas Junaid melalui gelarnya. Kalau penulis mengatakan, Junaid juga pembimbing umat’, tentu lebih klir,” Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyah Tuhfatil Murid ala Jauharatit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah tanpa catatan tahun], halaman 89. Meskipun sebagai seorang imam sufi di zamannya, Junaid Al-Baghdadi tidak meminggirkan sisi fiqih dalam kesehariannya. Artinya, ia cukup proporsional dalam menempatkan aspek fiqih lahiriyah dan aspek tasawuf batiniyah di saat kedua aspek ini bersitegang dan tidak berada pada titik temu yang harmonis di zamannya. Di zamannya, banyak ulama terjebak secara fanatik di satu kutub yang sangat ekstrem, yang faqih dan yang sufi. Banyak ulama mengambil aspek fiqih dalam syariat Islam, tetapi menyampingkan aspek tasawuf dalam syariat. Sebaliknya pun terjadi, banyak ulama mengambil jalan sufistik, tetapi menyampingkan aspek fiqih dalam syariat. Junaid sendiri bahkan ahli fiqih. Ia juga seorang mufti yang mengeluarkan fatwa berdasarkan mazhab Abu Tsaur, salah seorang sahabat Imam Syafi’i. Baginya, jalan menuju Allah tidak dapat ditempuh kecuali oleh mereka yang mengikuti sunnah Rasulullah SAW sebagai keterangan Al-Baijuri berikut ini. وكان الجنيد رضي الله عنه على مذهب أبي ثور صاحب الإمام الشافعي فإنه كان مجتهدا اجتهادا مطلقا كالإمام أحمد ومن كلام الجنيد الطريق إلى الله مسدود على خلقه إلا على المقتفين آثار الرسول صلى الله عليه وسلم ومن كلامه أيضا لو أقبل صادق على الله ألف ألف سنة ثم أعرض عنه لحظة كان ما فاته أكثر مما ناله ومن كلامه أيضا إن بدت ذرة من عين الكرم والجود ألحقت المسيئ بالمحسن Artinya, “Imam Junaid dari sisi fiqih mengikuti Abu Tsaur, salah seorang sahabat Imam Syafi’i. Abu Tsaur juga seorang mujtahid mutlak seperti Imam Ahmad. Salah satu ucapan Imam Al-Junaid adalah, Jalan menuju Allah tertutup bagi makhluk-Nya kecuali bagi mereka yang mengikuti jejak Rasulullah SAW,’ Kalau ada seorang dengan keimanan sejati yang beribadah ribuan tahun, lalu berpaling dari-Nya sebentar saja, niscaya apa yang luput baginya lebih banyak daripada apa yang didapatkannya,’ dan Bila tumbuh bibit kemurahan hati dan kedermawanan, maka orang jahat dapat dikategorikan dengan orang baik,’” Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyah Tuhfatil Murid ala Jauharatit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah tanpa catatan tahun], halaman 89-90. Keterangan Al-Baijuri menjelaskan sikap sufisme Junaid Al-Baghdadi, yaitu tasawuf sunni. Jalan ini yang diambil oleh Junaid Al-Baghdadi karena banyak pengamal sufi di zaman itu terjebak pada kebatinan dan bid’ah yang tidak bersumber dari sunnah Rasulullah SAW. Oleh karena itu, Imam Junaid layak menjadi panutan NU dari sisi tasawuf karena tetap berpijak pada sunnah Rasulullah SAW. وقوله هداة الأمة أي هداة هذه الأمة التي هي خير الأمم بشهادة قوله تعالى كنتم خير أمة أخرجت للناس فهم خيار الخيار لكن بعد من ذكر من الصحابة ومن معهم والحاصل أن الإمام مالكا ونحوه هذاة الأمة في الفروع والإمام الأشعري ونحوه هداة الأمة في الأصول أي العقائد الدينية والجنيد ونحوه هداة الأمة في التصوف فجزاهم الله عنا خيرا ونفعنا بهم Artinya, “Perkataan pembimbing umat’ maksudnya adalah pembimbing umat Islam ini, umat terbaik sebagaimana kesaksian firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Kalian adalah sebaik-baik umat yang hadir di tengah umat manusia.’ Mereka para imam itu adalah orang pilihan di tengah umat terbaik tetapi derajatnya di bawah para sahabat Rasulullah dan tabi’in. walhasil, Imam Malik dan fuqaha lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang furu’ atau fiqih. Imam Asy’ari dan mutakalimin sunni lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang ushul atau aqidah. Imam Junaid dan sufi lainnya adalah pembimbing umat dalam bidang tasawuf. Semoga Allah membalas kebaikan mereka dan semoga Allah memberikan manfaat kepada kita atas ilmu dan amal mereka,” Lihat Syekh Ibrahim Al-Baijuri, Hasyiyah Tuhfatil Murid ala Jauharatit Tauhid, [Indonesia, Daru Ihyail Kutubil Arabiyyah tanpa catatan tahun], halaman 90. Imam Junaid juga menyayangkan sikap naif sebagian kelompok sufi yang mengabaikan realitas dan aspek lahiriyah. Menurutnya, sikap naif sekelompok sufi dengan mengabaikan sisi lahiriyah mencerminkan kondisi batinnya yang runtuh seperti kota mati tanpa bangunan. وكان رضي الله عنه يقول إذا رأيت الصوفي يعبأ بظاهره فاعلم أنه باطنه خراب Artinya, “Imam Junaid RA mengatakan, Bila kau melihat sufi mengabaikan lahiriyahnya, ketahuilah bahwa batin sufi itu runtuh,’” Lihat Syekh Abdul Wahhab As-Syarani, At-Thabaqul Kubra, [Beirut, Darul Fikr tanpa catatan tahun], juz I, halaman 85. Sebaliknya, ia juga menyayangkan sekelompok umat Islam yang hanya mengutamakan sisi lahiriyah melalui formalitas hukum fiqih dengan mengabaikan sisi batiniyah yang merupakan roh dari kehambaan manusia kepada Allah. Walhasil, Imam Junaid Al-Baghdadi adalah ulama abad ke-3 H yang mempertemukan fiqih dan tasawuf di saat keduanya tidak pernah mengalami titik temu. Sikap proporsional Imam Junaid seperti ini sejalan dengan pandangan NU yang tawasuth, tawazun, dan i’tidal, yaitu dalam konteks ini mempertahankan dengan gigih syariat Islam melalui fiqih sekaligus menjiwainya dengan nilai-nilai tasawuf sehingga tidak ada penolakan terhadap salah satunya. Wallahu alam. Alhafiz K

makam imam al ghazali